“Pada saat mereka akan melakukan pernikahan dicek dulu terkait apakah mereka anemia atau mungkin lingkar lengan bagi perempuan kurang dari 23,5 cm dan lain sebagainya. Itu akan menjadi suatu hal yang mempengaruhi tumbuh kembang janin ketika nanti ada dalam kandungan,” tutur Atalia.
Oleh karena itu, Atalia menyambut baik kerja sama yang dilakukan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) dan Perwakilan BKKBN Jabar dalam mencegah stunting.
“Supaya setiap calon pengantin yang tadi kalau diperkirakan oleh Pak Hasto sampai enam ribu dalam setiap tahunnya, sehingga ini memang penting sekali untuk kita dorong bersama-sama. Karena memang, 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) ini menjadi satu hal yang sangat mempengaruhi,” katanya.
“Mudahan-mudahan dengan cara kita memproteksi masa depan, anak-anak kita khususnya generasi penerus dengan cara pengecekan di awal. Pada saat kita memberikan pembekalan pada calon-calon pengantin. Ini bisa meminimalisir jumlah stunting bahkan zero new stunting di Jabar pada 2023,” imbuhnya.
Adapun berdasarkan data BKKBN Pusat, angka stunting di Jabar mengalami penurunan dari 31,1 persen pada 2018-2019 menjadi 24,5 persen. Kepala BKKBN Pusat Hasto Wardoyo mengatakan bahwa kehadiran Duta Penurunan Stunting di Jabar diharapkan mampu menjadi lokomotif dalam menyebarkan informasi ke pelosok daerah terkait upaya pencegahan stunting.
“Mereka ini Ketua PKK di Kabupaten/Kota, tokoh masyarakat. Jadi, harapan saya di daerahnya menjadi perwakilan ketua tim percepatan stunting,” kata Hasto.
Hasto pun meminta Duta Stunting di 27 kabupaten/kota se-Jabar untuk membentuk tim di desa/kelurahan yang diisi oleh dua orang sebagai Duta Genre dalam menjembatani informasi seputar pencegahan stunting.