Telusur Jejak Nenek Moyang Orang Sunda

Situs Karangkamulyan, puing-puing Keraton Kerajaan Galuh. (Foto: emha ubaidillah

Keputusan Danghiyang Guru Sempakwaja

KETIKA Sang Purbasora tewas, sesubgguhnya Sang Danghiyang Guru Sempakwaja, ayah dari Purbasora masih hidup menjadi penguasa kerajaan Galunggung berusia 103 tahun.

Sang Sanjaya segera mengutus patihnya untuk menemui Sempakwaja demi memohon restu agar adiknya Sang Demunawan dikukuhkan sebagai raja Galuh. Dan permohonan itu ditolak mentah-mentah atas dasar-dasar sbb:

  1. Sang Danghiyang curiga, Sang Sanjaya kelak akan menewaskan Demunawan ketika lengah.
  2. Sang Danghiyang sangat tidak meridoi anaknya sendiri (Demunawan, adik dari Sang Purbasora) menjadi bawahan kerajaan Sunda dibawah kekuasaan Sang Sanjaya yang secara terang-terangan membunuh Purbasora serta meratakan Keraton Galuh.
  3. Sang Danghiyang sangat mengerti dan menyaksikan bagaimana perjuangan ayahnya, Sang Wretikandayun mendirikan Galuh sebagai negeri yang merdeka serta berdaulat, tidak menjadi bawahan negara manapun. Hanya saja, sebagai tetua nan bijak, Sang Sempakwaja hanya menyindir tajam bahwa kekuasaan keluarga Sang Sanjaya katut ka bapana, Sang Sena di Jawa Tengah belum seberapa luas yang tentunya belum dijadikan majikan oleh Sang Demunawan. Selain itu, Sang Sempakwaja memberikan tantangan kepada Sang Sanjaya agar menghadapi dulu kekuatan yang sanggup menandingi keluarga Sang Sena:
  4. Sang Pandawa atau Wuragati. Mertua Sang Demunawan raja Kuningan.
  5. Sang Wulan, raja Kajaron.
  6. Sang Tumanggal, Raja Kalanggara di Balamoha.
Baca Juga:  Lima Ungkapan Bijaksana