Prestasi Tingkat Dunia, Jurnal Pendidikan Islam UIN Bandung Terindeks Scopus

“Dengan capaian publikasi di tingkat global, ini menunjukkan produktivitas dosen PTKI melalui riset dan karya-karya akademiknya demikian tinggi. Dan, subtansi dari perguruan tinggi ditandai di antaranya dengan riset dan publikasi ilmiah yang berkualitas,” ungkap Suwendi.

Menurutnya, dengan terindeksnya Jurnal Pendidikan Islam di Scopus, setidaknya ada 14 jurnal PTKI telah menyabet status jurnal internasional bereputasi dan terakreditasi pada Sinta-1. Ke-14 jurnal tersebut adalah sebagai berikut. [1] Journal of Indonesian Islam (JIIs), UIN Sunan Ampel, Surabaya Jawa Timur; [2] Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS), IAIN Salatiga Jawa Tengah; [3] Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS), IAIN Kudus, Jawa Tengah; [4] Al Jami’ah, UIN Sunan Kalijaga Daerah Istimewa Yogyakarta; [5] Studia Islamika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; [6] Journal of Islamic Architecture, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jawa Timur; [7] Jurnal Al-Ahkam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; [8] Jurnal Samarah UIN Ar-Raniri Banda Aceh; [9] Islam Guidance and Counseling Journal IAIM-NU (Institut Agama Islam Ma’arif Nahdlatul Ulama) Metro Lampung; [10] Al-Ihkam, IAIN Madura, Jawa Timur; [11] Jurnal Psikohumaniora, UIN Walisongo, Semarang, Jawa Tengah; [12] Jurnal Ilmiah Syariah (JURIS), UIN Mahmud Yunus, Batusangkar, Sumatera Barat; [13] Ulumuna: Journal of Islamic Studies, UIN Mataram, Nusa Tenggara Barat; dan [14] Jurnal Pendidikan Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.

Editor in-Chief jurnal Pendidikan Islam yang juga Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Bandung, Aan Hasanah, menyatakan bahwa usaha yang paling nyata agar Jurnal Pendidikan Islam mecapai prestasi ini adalah tidak lelah untuk menyemangati para pengelolanya, yang luar biasa. Mereka punya semangat yang hampir tidak pernah padam, sekalipun terkadang naik turun. Sudah barang tentu ada saat-saat di mana mereka lelah, penat, kesel, frustasi, dan sederet situasi tidak enak lainnya.

Baca Juga:  Momentum Hardiknas, Bupati Bandung: Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua

“Namun, mereka benar-benar “orang-orang gila jurnal”, bahasa teman-teman menyebutnya “original”. Kenapa disebut orang gila jurnal? Karena mereka terkadang lupa terhadap diri mereka sendiri, karena asyik dengan ngopeni naskah, footnote, tata bahasa, struktur kalimat, dan hal-hal lain yang merupakan persyaratan kelayakan sebuah jurnal. Lagian, itu semua bukan pekerjaan yang menjanjikan secara materi. Harus banyak ikhlas beramal-nya, malah,” ungkap Sang Dekan.

Bahkan, untuk meraih preatsi ini, diwarnai sebuah kejadian yang dramatis. “Mobil salah satu wadek tertabrak dari belakang dalam perjalanan kegiatan belajar bagaimana cara-cara memproses pengajuan sebuah jurnal ke Scopus. Dan, tentunya banyak pihak yang perlu diapresiasi, karena pencapaian ini melibatkan banyak pihak,” tutup sang Dekan.***