Bahkan di dalam catatan berbahasa Belanda berjudul In the Oost disebutkan bahwa Pasukan Siluman Merah yang masih termasuk bagian dari Brigade II Guntur bermarkas di Gunung Sadu Soreang.
Oleh karena selalu jadi incaran serta bombardir pasukan Belanda sepanjang bulan Juli 1947, maka Kol. AH. Nasution selaku panglima Divisi Siliwangi memerintahkan agar markas Siluman Merah sesegera mungkin berpindah tempat ke area dataran tinggi Punceling Barutunggul, karena di lokasi ini terlengkapi benteng alam; tebing dan selimut embun tebal.
Tentunya sangat menyulitkan pergerakan lawan di samping jalan yang menanjak dan sangat licin.
Akhirnya Pasukan Belanda mengirimkan tiga kekuatan sekaligus: udara, infantri, dan artileri untuk melibas habis Si Jawara Siluman Merah asuhan Kapten Achmad Wiranatakusumah.
Memang waktu itu Soreang-Ciwidey area strategi untuk bermarkas sekaligus pangkalan militer.
Tiga kali dalam satu minggu, mereka menggempur area Barutunggul bahkan terkadang dengan menggunakan strategi serangan kilat.
Hanya benteng pertahanan Si Siluman Merah tetap tangguh.