“Nama King Arnol itu, sebuah nama yang terlontar dengan spontan, karena saya melihat mata ayam pelung itu matanya sipit,” kata Dede.
Ayam pelung tersebut setelah dipelihara dengan baik hingga besar kemuduan diikutkan kontes dan selalu juara.
“Bahkan meraih tiga kali juara nasional, sehingga selain banyak peminat yang berani membelinya dengan harga jutaan rupiah, juga darah dagingnya sampai saat ini selalu dicari dan diburu para pencinta ayam pelung,” kata Dede.
Sebelum mencuat ayam pelung King Arnol ini, uangkapnya, terlebih dahulu ada ayam-ayam pelung asal wilayah Kecamatan Sukawening yang sempat terkenal atau viral karena menjadi juara tingkat nasional. Diantaranya ayam pelung yang dijuluki Sisemar dari Kampung Pasirjengkol, Desa Sukahaji, ayam pelung bernama Cakrabumi dari Kampung Cijambe Desa Sudalarang dan Sagaranteun asal Kampung Sagaranten, Desa Sukasono. “Ayam-ayam pelung itu konon sempat bergaung menjadi juara nasional dalam kontes seni suara ayam pelung,” ucapnya.
Kendatipun ayam pelung yang bergelar Sisemar, Cakrabumi, dan Sagaranteun pernah menjuari tingkat nasional, kata Dede, namun tak seperti King Arnol yang mampu menggebrak dengan fantastis sampai meraih tiga kejuaraan tingkat nasional. Tentunya realita itu akan menjadi sugesti bagi pencinta ayam pelung, sehingga jiwanya terpanggil mencari darah daging keturunan dari King Arnol untuk dipeliharanya.
Selanjutnya, King Arnol selalu ada yang meminjam oleh rekannya sesama pencinta ayam pelung untuk diikutkan latihan dengan ayam-ayam pelung kelas jejangkar lainnya. Ternyata suara King Arnol terpakai.
Tak lama kemudian, oleh pencinta ayam pelung, King Arnol itu dibawa ke Jawa Tengah untuk dicoba dalam ajang kontes Latber Terbuka Barlingmascakeb dalam acara 1(satu) Tahun Anniversary Gendhis Team tahun 2022.
