Wisata  

Wisata Edukasi dan Kebencanaan Wisata Kampung Batu Malakasari Dilaunching

POTENSINETWORK.COM – Bekerjasama dengan Museum Gempa Prof Dr Sarwidi (Mugesa) Kaliurang, Wisata Edukasi dan Kebencanaan Kampung Batu Malakasari, Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, dilaunching, Rabu (15/2/2023), di Tempat Wisata Kampung Batu Malakasari, Baeleendah.

Hadir Pembina Museum Gempa Prof Dr Sarwidi (MuGeSa) Kaliurang yang juga Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PBNPB) RI, pemilik Wisata Kampung Batu Sarwono, pihak pemerintah Kabupaten Bandung, pihak BNPB dan undangan lainnya.

Dalam launching tersebut dilakukan berbagai kegiatan edukasi kegempaan, seperti pemutaran film kegempaan/penanggulangan bencana dan study visual/koleksi. Kemudian permainan rekayasa kegempaan dan simulasi darurat gempa/bencana oleh para pelajar SD setempat.

Selain itu, di Wisata Kampung Batu pengunjung selain bisa menikmati suasana alam, kuliner, permainan anak-anak, terdapat sejumlah fasilitas penunjang untuk edukasi gempa seperti tempat simulasi dan progran siaga bencana, sosaisasi softbound pengurangan resiko bencana bagi anak-anak PAUD, mahasiswa atau masyarakat umum. Kemudian disediakan pula tempat pelatihan bangunan tahan gempa atau Barrataga (Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa/Kontruksi Risa (Rumah Instan Sederhana).

Baca Juga  Berkunjung ke Dusun Stroberi Wisatawan Serasa Jadi Petani

Menurut pemilik Destinasi Wisata Air Kampung Batu, H Waryo, fasilitas lain seperti ada museum wisata edukasi, ada gambar gambar mencerutakan kejadian bencana mulai tahun 97, 98, 2008, 2009, sunami tahun 2009, sampai gempa Cianjur dan Turki, terus ada ruang simulasi.

“Ini materi baru dalam kegempaan kebencaan, bahanya sudah ada dari profesor, kita tinggal mengemasya saja bagaimana anak anak supaya senang dan ngerti soal materi,” kata pengelola sekaligus pemilik Wisata Kampung Batu Waryo, usai lauching.

Untuk edukasi kebencanaan bagi TK, SD, kata Waryo, kebanyakan berupa edukasi praktik, untuk SMP, SMA dan pergurun tinggi edukasi teori, sedangkan kedinasan berupa latihan dan praktek.

Dengan cara yang senang

Sementara Menurut Pembina Museum Gempa Prof Dr Sarwidi, wisata dengan program pengurangan resiko kebencanaan dilakukan dengan cara yang senang. Sehingga tidak merasa belajar tapi bagian dari kesenangan itu.

Baca Juga  Desa Alam Endah Terpilih Sebagai Desa Wisata Terbaik

“Jadi kalau terjadi bencana itu semua masyarakat kena imbas, karena itu masyarakat yang harus siap diri, ketangguhan bangsa menanggulangi bencana itu datang dari masyarakat, dengan cara ini nanti masyarakat makin cerdas,” paparnya.

Mengenai bencana, tutur Sarwidi, di wisata edukasi kebencanaan ini akan diajari cara seperti sebelum gempa dan saat terjadi gempa.

“Bagaimana sebelum terjadi gempa untuk persiapaan keadaan normal, saat terjadi gempa seperti apa, bagaimana keluar dari ruang, di tempat tinggi bagaimana mengajari masuk meja, itu bagian dari solusi dalam mengurangi dampak gempa. Pada bagian lain yang disiapkan latiahan tentang bangunan tahan gempa yang akan dinikmati masyarakat,” katanya.

Sarwidi mengungkaplan, kerawanan gempa di Indonesi hampir sama urutannya dengan Jepang, China, India dan Turki yang sulit dirangking, dengan potensi sangat berat. Yang paling rawan gempa di Indonesia yaitu di daerah padat penduduknya, seperti Sumantera, Jawa, Maluku, Sulawesi, Papua dan hanya sedikit di Kalimantan.

Baca Juga  Rumah Pengabdi Setan, Destinasi Wisata Horor Uji Nyali

Sementara Jawa Barat sendiri, menurut Sarwidi, termasuk daerah potensi bencana alam, seperti gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor.

Jabar saat ini masih memiliki tujuh gunung berapi aktif, seperti di wilayah barat ada Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun. Di wilayah tengah ada Gunung Tangkuban Perahu, Papandayan, di Timur ada Gunung Galunggung, Ciremai, Halimun, itu masih aktif fulkaniknya.

“Jawa Barat kaya akan panjangnya sungai, panjangnya pantai, banyak gunung yang indah, baik buatan maupun alam, tapi dibalik itu juga Jabar luar biasa dibencananya, atau dibilang Jabar laboraturium potensi alam, dibalik keindahan alam banyak potensi bencana,” katanya.

Dia menyebutkan, di Jabar ada 1.322 kejadin bencana, setiap bulannya mencapai 110 bencana. Tapi masyarakat tidak menyadari struktur wilayah aktif, maka resiko bencananya tinggi.***