Setelah mendengar tantagan Silihwarni, Raden Kamandaka pun menjawab, ia mengatakan identitasnya, bahwa ia adalah putra dari kerajaan Pajajaran namanya Banyak Cotro.
Setelah itu Silihwarnipun mengatakan identitasnya, bahwa ia juga putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak Ngampar.
Demikian pengakuan antara Raden Kamandaka dan Silihwarni bahwa mereka adalah putra Pajajaran. Kini orang mengenal gua tersebut adalah gua / Goa Jatijajar. Karena pertalian saudara yang dekat dan saling mengetahui jati dirinya, mereka pun berpeluka dan saling memaafkan.
Namun karena Silihwarni harus membawa bukti hati dan darah Raden Kamandaka, maka akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong diambil darah dan hatinya. Dikatakan bahwa itu adalah hati dan darah Raden Kamandaka yang telah dibunuhnya.
Raden Kamandaka kemudian bertapa di dalam goa dan mendapat petunjuk, bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai kalau ia sudah mendapat pakaian “Lutung” dan ia disuruh mendekat ke Kadipaten Pasir Luhur, yaitu supaya menetap di Hutan Batur Agung, sebelah barat daya dari Batu Raden. (versi lain : Baturraden).