Bupati Bandung mengutip pernyataan dari Tim Peneliti Program Studi Magister Desain, Institut Teknologi Bandung, bahwa pada Saroeng Majalaya ditemukannya motif poleng sebagai motif lokal yang pernah muncul di Majalaya tahun 1930-1970.
“Dengan nomenklatur variasi sarung poleng Majalaya yakni, poleng camat, poleng haji, poleng totog, poleng bolegbag, poleng taliktik, poleng namicalung. Motif poleng merupakan aplikasi dari motif dasar dengan struktur yang termasuk kedalam kategori garis dan kotak-kotak,” ungkapnya.
Tentunya, imbuh Bupati Bedas ini, kini saroeng Majalaya bukan saja menjadi sektor industri tekstil di Jawa Barat, namun menjadi kebanggaan Kabupaten Bandung yang ikut mengangkat nama dan potensi lainnya.
“Variasi motif saroeng Majalaya dapat dikreasikan menjadi aneka ragam busana juga hasil kerajinan yang bernilai estetis dan ekonomis,” ujarnya.
Orang nomor satu di Kabupaten Bandung ini menyebutkan, sangat menyambut baik rangkaian acara yang digelar APPMI bersama Dekranasda mengangkat 3 sektor bidang, yaitu bisnis dan trade, pendidikan dan teknologi serta wastra dan busana.
“Terlebih lagi dengan kegiataan tersebut diisi beragam acara seperti pameran dagang, coaching clinic dan seminar, pagelaran fashion show yang akan menjadi wahana untuk memetakan proses fashion dari hulu ke hilir di Jawa Barat,” ungkapnya.