Widi mengatakan, terlepas dirinya akan mencalonkan atau tidak, yang menjadi prinsip adalah harus paham tentang isu-isu politik di Garut. Karena yang akan menjamin masa depan Garut itu adalah Pilkada itu sendiri, jangan sampai mereka menggadaikan politik ini hanya sekedar jargon.
Selain itu, ungkap Widi, andai dirinya memutuskan untuk tidak ikut dalam kontestasi Pilkada Garut tahun 2024 ini, ia masih menyembunyikan calon bupati mana yang jadi jagoannya untuk memimpin Garut ke depan. Tapi yang jelas, menurutnya, dukungan itu akan diberikan kepada calon yang aspiratif terhadap keinginan milenial meskipun calon tersebut bukan dari kalangan muda.
“Jadi pada dasarnya, apa yang menjadi isu titipan dari milenial itu akan coba saya sampaikan kepada mereka yang menurut penilaian saya akan lebih realistis dalam merealisasikan-program yang menjadi harapan anak muda,” ujarnya.
Widi menambahkan, bahwa yang disebut calon bupati atau wakil bupati milenial itu ukurannya bukan usia, tapi calon yang paham dan tahu isu anak muda dan mampu men- treatment permasalahan anak muda itu untuk menjadi sebuah solusi.
Ia menyebut beberapa nama bakal calon yang dekat dengan kaum muda, di antaranya adalah dr. Helmi Budiman dari PKS, H. Abdusy Syakur Amin dari Golkar, Yudi Lasminingrat dari PPP dan H. Dudung Sudiana. (dero)