Literasi dan Kepemimpinan
Sementara itu, Sekretaris Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung, Medi Mahendra, A.P., S.Sos., M.Si, mencatat bahwa istilah literasi telah menjadi viral setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir.
“Literasi tidak hanya tentang membaca, tapi juga tentang bagaimana kita memahami dan mencari solusi atas kegelisahan masyarakat,” kata Medi.
Literasi, dalam kerangka TBM, memiliki kesamaan esensi dengan ibadah haji, yakni sebagai bentuk ibadah sosial yang mencerminkan kemampuan diri dalam hidup bermasyarakat dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Dalam konteks lain, berliterasi akan memahamkan kita kepada suatu situasi tertentu sebuah kehidupan masyarakat, seperti tentang sebuah realitas kepemimpinan.
Kata Medi Mahendra, dengan berliterasi secara sungguh-sungguh, kita bisa menakar kualitas kepemimpinan sejati dan memamahaminya.
Referensi bermutu tentang kepemimpinan, menurut Medi Mahendra, gambarannya seperti terdapat dalam kehidupan Rasulullah Muhammad SAW.
“Beliau Rasulullah, menunjukkan keteladanan kepemimpinan tanpa perlu mengumbar diri sebagai pemimpin hebat. Gelar “al-Amin” (dapat dipercaya) bahkan diberikan oleh musuh-musuhnya,” ujar Medi Mahendra.
Sementara dalam fenomena kepemimpian modern saat ini, kata Medi Mahendra, terutama dalam masa-masa kontestasi politik, seringkali kita melihat bagaimana ada orang saling mengunggulkan diri dengan poster-poster besar bertebaran di seantero kota.
“Kepemimpinan sejati itu lahir dari seseorang melalui upaya membangun kompetensi dirinya, bukan dari seberapa besar ia menonjolkan diri.” ungkap Medi Mahendra.