Daerah  

Dari Sampah Jadi Balado Entog, Inovasi Warga RT 04 RW 04 Kelurahan Mekarmulya Ubah Krisis Jadi Gizi

Balado
Lurah Mekarmulya Kecamatan Panyileukan, Arie Herdiana, S.Sos., M.I.P., saat melakukan monitoring penanganan sampah organik di RT 04 RW 04 Kelurahan Mekarmulya, belum lama ini. Monitoring ini menjadi bagian dari dukungan pemerintah kelurahan terhadap inovasi warga dalam mengelola sampah rumah tangga. (Foto: potensinetwork.com/Istimewa)

KOTA BANDUNG, POTENSINETWORK.COM – Di tengah tumpukan persoalan sampah perkotaan, warga RT 04 RW 04 Kelurahan Mekarmulya, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung memilih langkah berbeda. Alih-alih menunggu bantuan atau menambah keluhan, warga berinovasi dalam penanganan sampah ini melalui cara sederhana dan konvensional dengan sedikit sentuhan teknologi namun berdampak besar yaitu mengubah sampah organik menjadi pakan unggas ayam, bebek, dan itik dalam kandang batre.

Dari sanalah lahir gagasan unik — sampah diurai, unggas dipelihara, dan hasilnya disajikan dalam bentuk kebersamaan warga lewat hidangan khas “botram balado entog”. Gagasan itu pun menyusul terbitnya Surat Edaran Pemerintah Kota Bandung melalui Sekretariat Daerah Nomor:-Bag.Tapem/2025 tanggal 08 Oktober 2025 tentang Penanganan Sampah di Kewilayahan, menyebutkan bahwa ada kebijakan pengurangan tonase pembuangan sampah ke lokasi tempat pembuangan sampah akhi (TPA) Sarimukti Kabupaten Bandung Barat (KBB).


Ilustrasi warga peternak dan entog hasil ternak. Inset foto, sajian balado entog. (Foto: potensinetwork.com/Istimewa)

Di tengah kondisi efek kebijakan itu, warga Mekarmulya menunjukkan bahwa solusi tidak harus selalu rumit. Dengan kreativitas dan semangat gotong royong, mereka menjadikan sampah rumah tangga sebagai peluang untuk hidup lebih bersih, sehat, dan berdaya.

Baca Juga:  Kabar Gembira, Sadayana Integrasikan Semua Layanan Online Pemkot Bandung

Konsep “kandang batre unggas” yang dikembangkan warga RT 04 RW 04 berjalan dengan prinsip sirkular: sisa makanan rumah tangga dikumpulkan sebagai pakan organik untuk ayam, bebek, dan itik. Unggas tumbuh sehat kemudian menghasilkan daging konsumsi warga, sementara lingkungan menjadi lebih tertata dan bebas bau (kotoran unggas difermentasi menggunakan mikroba). Program ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga membuka jalan bagi ekonomi produktif berbasis lingkungan di tingkat masyarakat.

Lebih dari sekadar inovasi pengelolaan sampah, kegiatan ini telah menjadi perekat sosial warga. Setiap kali panen tiba, warga menggelar acara “botram” atau makan bersama yang sarat makna kebersamaan dan syukur. Menu andalan mereka, balado entog, kini bukan hanya sekadar hidangan lezat, tapi simbol keberhasilan kolektif warga dalam menuntaskan masalah sampah sambil meningkatkan gizi keluarga serta peningkatan indeks kebahagiaan warga melalui gotong royong dan kebersamaan.

Melalui semangat kreatif warga Mekarmulya, krisis sampah berubah menjadi kisah harapan. Kandang batre unggas menjadi bukti nyata bahwa inovasi tak selalu lahir dari laboratorium, tetapi bisa tumbuh dari halaman rumah warga yang peduli. Dengan pendekatan sederhana, warga mampu menata lingkungan, memperkuat solidaritas sosial, dan menciptakan rasa bahagia yang autentik. Sampah jadi peluang, warga senang, kecemasan berkurang.

Baca Juga:  Bazar Kota Bandung Selain Belanja Murah juga Siap Layani Konsultasi Gratis

Lurah Mekarmulya Kecamatan Panyileukan, Arie Herdiana, S.Sos, M.I.P., dalam rembug warga atau rapat koordinasi kewilayahan di Aula Kelurahan Mekarmulya, Jumat, 10 Oktober 2025, menyambut baik gagasan warga RT 04 RW 04 tersebut. Setidaknya, gagasan inovatif ini sebagai implementasi amanat Surat Edaran Pemerintah Kota Bandung melalui Sekretariat Daerah Nomor:-Bag.Tapem/2025 tanggal 08 Oktober 2025 tentang Penanganan Sampah di Kewilayahan pada poin empat (4) yaitu menghimbau kepada para Ketua RW dan RT di wilayah masing-masing untuk melakukan rembuk warga terkait penanganan sampah dalam mendorong upaya pemilahan sampah organik, anorganik dan residu serta mengedukasi petugas pengangkut sampah agar tidak melakukan pengangkutan sampah yang tidak terpilah.

Kasi Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Kecamatan Panyileukan Kota Bandung, Desi Sumarti, STP., dalam kesempatan rembug warga Kelurahan Mekarmulya tersebut menjelaskan bahwa semakin berkurangnya fungsi TPA Sarimukti KBB, tentunya akan mendatangkan masalah krusial persampahan Kota Bandung, seperti penumpukan sampah dimana-mana karena adanya pengurangan tonase sampah masuk ke TPA hingga sampah tidak lagi terangkut secara keseluruhan. Oleh alasan itu, inovasi warga dalam upaya penanganan sampah harus terus muncul. Kondisi TPA Sarimukti sebagai penampungan akhir sampah tidak selamanya bisa menjadi andalan pengelolaan sampah. (Teguh Ari Prianto)