News  

Hari Santri Nasional, Wali Kota Ingatkan Hoaks yang Berpotensi Pecah Pelah Bangsa

BANDUNG, Potensinetwork.com – Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyoroti bentuk penjajahan baru yang muncul dalam era digital. Ia mengingatkan bahaya penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan banjir informasi bohong yang dapat memecah belah bangsa.

Hal itu ia lontarkan saat peringagan Hari Santri tahun 2025 di Halaman Kantor PCNU Kota Bandung di Jalan Sancang No. 8, Minggu 26 Oktober 2025.

“Kebebasan berpendapat dan berekspresi adalah anugerah, tapi bisa menjadi bumerang jika digunakan untuk menyebarkan pesan yang merusak. Saat ini, banyak propaganda digital yang mencoba menjustifikasi kekerasan terhadap Palestina. Maka lawanlah semua itu dengan kecerdasan digital,” ujarnya.

Menurutnya, santri masa kini harus menjadi garda depan dalam literasi digital, mampu memilah mana informasi yang benar dan bermanfaat, serta menjaga ruang publik dari fitnah dan hoaks.

Baca Juga:  Pemdaprov Jabar Terima Penghargaan The Best Regional Champion 2024

Tahun ini, tema Hari Santri yaitu “Santri Bersatu, Bela Pesantren, Bela Palestina”. Bagi Farhan, Hari Santri bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk penghormatan terhadap perjuangan para ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

“Hari Santri ini kita peringati sebagai momen ketika para kiai dan ulama menyampaikan resolusi jihad kepada pemerintah muda yang baru berdiri pada tahun 1945. Waktu itu, bangsa kita menghadapi ancaman kembalinya penjajahan. Para ulama mengerahkan segala tenaga untuk mempertahankan kemerdekaan,” ujar Farhan.

Wali Kota Farhan menautkan nilai-nilai perjuangan santri di tahun 1945 dengan semangat diplomasi yang lahir dari Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung.

Baca Juga:  BSKDN Kemendagri Dukung Pemkab Kepulauan Sangihe Kembangkan Potensi Pariwisata Berbasis Budaya Lokal

“Negara-negara Asia dan Afrika berkumpul di tanah ini, di Kota Bandung, dan berjanji untuk menegakkan kemerdekaan seluruh bangsa dari kolonialisme. Janji itu disebut Dasasila Bandung. Namun, dari semua janji itu, masih ada satu hutang yang belum tuntas: kemerdekaan Palestina,” tegasnya.

Menurut Farhan, perjuangan kemerdekaan Palestina bukan semata persoalan politik atau perebutan wilayah, tetapi persoalan moral dan kemanusiaan yang berakar pada sejarah kolonialisme agama.

“Siapa pun yang mengatakan perang di Palestina bukan perang karena agama, itu tidak mengerti sejarah. Israel mengambil alih tanah Palestina dengan motivasi agama. Maka kita harus bersuara, kita harus bangkit. Jangan diam,” serunya, disambut gema takbir dan pekikan “Free Palestine!” dari ratusan santri dan jemaah.

Di hadapan para kiai, ustaz, ustazah, dan ribuan santri, Farhan menyampaikan apresiasi tinggi terhadap peran pesantren di Kota Bandung yang telah melahirkan generasi berkarakter dan berakhlak.

Baca Juga:  H.Hilman Hidayat Akui Banyak Mendapat Komplain Akibat Ulah Wartawan

“Pesantren bukan hanya melahirkan santri yang hebat, tapi juga guru, ustaz, ustazah, dan tokoh masyarakat yang menyebarkan nilai-nilai kebaikan ke seluruh sendi kehidupan kota,” ujarnya.

Menutup sambutannya, Farhan dengan rendah hati memohon dukungan dan doa dari para ulama dan santri agar dirinya dan jajaran pemerintahan Kota Bandung tetap diberi kekuatan dan petunjuk dalam memimpin.

“Saya bukan Superman. Saya hanya manusia biasa yang diberi amanah besar. Karena itu, saya mohon terus diingatkan, dikritik, dan didoakan. Pemimpin yang beruntung adalah pemimpin yang diingatkan oleh banyak orang,” tutur Farhan.**