TABANAN, BALI, POTENSINETWORK.COM — Di bawah hangatnya matahari di Lembaga Pendidikan Rindam IX/Udayana, gema semangat kebangsaan mengalun dalam upacara pembukaan Diklat Bela Negara Siswa Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) Repatriasi Tahun 2025. Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas seremonial, melainkan peneguhan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat (3): setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Komandan Rindam IX/Udayana, Brigadir Jenderal TNI Anwar, S.H., menegaskan bahwa diklat Bela Negara adalah wujud nyata pembentukan karakter generasi muda agar tangguh, disiplin, dan berintegritas.
“Kalian adalah siswa-siswa terbaik yang diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan menengah di Bali,” ujarnya dengan nada tegas namun hangat. “Jadikan momentum ini untuk memperkuat karakter dan semangat belajar. Semangat adalah modal utama dalam meraih keberhasilan.”
Pernyataan itu menandai awal perjalanan bermakna bagi para peserta ADEM Repatriasi — siswa-siswa pilihan dari berbagai daerah, yang datang dengan latar dan cerita perjuangan masing-masing. Mereka bukan hanya menempuh perjalanan fisik ke tanah perantauan, tetapi juga perjalanan batin menuju kedewasaan.
Hadir dalam kegiatan ini berbagai pihak yang berperan penting dalam penyelenggaraan diklat: Kepala Bidang PPLK Disdikpora Provinsi Bali, Anak Agung Bagus Suryana; Perwakilan Yayasan Damayu, Teguh Ari Prianto; PIC Kegiatan Wasbang Repatriasi Bali, Travellio Ryan Agusta; Pendamping Penyelenggara Bali, Agil Prasetya; serta para guru pendamping dari berbagai wilayah — Taufiqurrohman (Bali), Wahyudi (Lombok), dan Dulce Aryani (Kupang).
Berbagi Pengalaman ADEM
Di ruang aula Rindam, selepas upacara pembukaan, tampak para guru dan pendamping berbagi pengalaman. Wahyudi dari Lombok menceritakan betapa beratnya perjalanan laut dan darat yang mereka tempuh bersama para siswa NTB hingga tiba di Tabanan. Namun, kelelahan itu terbayar dengan semangat peserta yang terus bergema dalam pekikan yel-yel bela negara.

Kebersamaan para pihak penyelenggara dan pendamping peserta Diklat Bela Negara ADEM Repatriasi 2025 sebelum acara pembukaan di Rindam IX/Udayana, Tabanan, Bali. (Foto: potensinetwork.com/Istimewa)
Sementara Taufiqurrohman dari Bali merasa bangga melihat siswanya berbaur dalam satu semangat kebangsaan lintas daerah. “Tidak mudah mengkondisikan siswa, tapi ketika mereka sampai dan beradaptasi dengan baik, ada rasa haru yang tak bisa diungkapkan,” ujarnya.
Dari Kupang, Dulce Aryani berbagi kisah penuh harapan. Ia melihat keikutsertaan siswanya sebagai bekal kehidupan yang berharga. “Setidaknya, fondasi disiplin dan semangat bela negara ini akan menjadi pijakan bagi masa depan mereka,” tuturnya lirih.
Semua pengalaman itu mengalir selaras dengan pesan Brigjen TNI Anwar: siswa-siswa ADEM Repatriasi harus siap menghadapi tantangan, berkontribusi nyata, dan membawa nilai-nilai bela negara ke dalam kehidupan sehari-hari.
Diklat ini bukan sekadar pelatihan — ia adalah ruang pertemuan antara cita-cita dan pengabdian, antara idealisme dan tindakan nyata. Dari Tabanan, semangat itu bergema, menembus batas wilayah, dan mengingatkan kita semua: bela negara bukan hanya tugas tentara, melainkan panggilan setiap warga bangsa. (Teguh Ari Prianto)






