Sungguh mengejutkan karena sama sekali tidak terendus oleh pihak Galuh. Teranglah bahwa berlatih perang menggunakan rumus dan jurus dari kitab pusaka Pustaka Ratuning Balasariwu.
Banjir Darah di Keraton Galuh
Sang Sanjaya bersama pasukan Khususnya menyelinap di tengah malam hening melumpuhkan Pasukan Bhayangkara pengawal keraton. Para pengawal dari kesatuan prajurit Indraprahasta itu tak berdaya karena tidak terlatih berperang di ruangan sempit. (Kadatwan wus dumadi ranasabha).
Dalam waktu sekejap, semua penghuni keraton nyaris tewas tak tersisa. Sang Sanjaya akhirnya berhadapan langsung dengan Sang Purbasora.
Duel sengit dua petinggi itu tak dapat dielakkan lagi, dan telah diduga sebelumnya Purbasora pun tewas bermandikan darah di tangan saudaranya, Sang Sanjaya. (Purbasura pinejahan dening sanjaya yudhakala).
Sang Patih Galuh (Bimaraksa) pun hanya bisa terpaku. Bersama beberapa gelintir pengiringnya menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa keraton Galuh porak poranda dibawah kepungan pasukan Sang Sanjaya.
Ia pun diberi kesempatan untuk meloloskan diri dan bersembunyi di wilayah Geger Sunten.
Sesungguhnya sangat mustahil bagi Sang Patih untuk meloloskan diri karena dilihat dari peta situasi keraton Galuh, dari tiga sudut kelilingnya dilingkari oleh sungai Citanduy dan Sungai Cimuntur sedangkan bagian muka telah dipagar kokoh oleh deretan pasukan Sunda pingpinan Patih Anggada.