Nikmatnya bukan main, sajian pagi itu dilahap sambil ngobrol ngalor ngidul.
Beberapa potong “balok” berhasil mengusir dinginnya pagi di tengah hiruk pikuk kesibukan orang-orang pasar.
Tumpukan “balok” semakin menipis seiring terbitnya matahari.
Satu per satu penikmat kue yang konon berasal dari Garut ini pun meninggalkan kios itu.
Sebagian mssih ada yang bergeming di bangku yang letaknya berdekatan dengan tempat pembakaran kue berbahan baku terigu ini.
“Mangga ti payun, raos yeuh haneut (silahkan duluan, masih enak hangat), kata salah seorang pembeli sambil mengisap rokoknya dalam-dalam,” saat saya pamit kepada mereka.***



