“Ya banyak sih konsumen yang protes, karena ukuran jadi kecil dan harga naik. Tapi bagaimana lagi, jika harga dan ukuran tahu tetap,. saya engga dapat untung, malah.mungkin harus nombok,” ungkapnya.
Hal itu dibenarkan Ketua Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Kopti) Kabupaten Bandung, Ghufron Cokro Valentino. Menururnya, gejolak harga kedelai sudah tidak tertahankan.
Kenaikan harga kedelai saat ini sudah 30 persen, terakumulasi sejak November 2021. Mulanya, harga kedelai itu sekitar Rp 9 ribu, tapi kini sudah lebih dari Rp 11 ribu.
“Sebenarnya mogoknya itu bukan karena kita frontal atau gerakan sporadis, perlu digaris bawahi bahwa mogok ini adalah untuk memberi tahukan kepada masyarakat posisi kita saat ini terjepit dan dalam keadaan gelisah, karena harga kedelai tidak terkendali,” ujar Ghufron saat dihubungi via telepon, akhir pekan kemarin.
“Mogok angkan dilakuka sejak 21, 22, 23 Pebruari.di Jawa Barat dan Jabodetabek,” jelasnya.
Menurutnya, aksi mogok produksi tersebut, untuk memberitahukan kepada pemerintah tentang pentingnya menangani dan mengintervensi harga kedelai supaya stabil.
Kata Ghufron, pemerintah harus lebih serius mengawal tata niaga kedelai, bukan menyerahkannya ke mekanisme pasar.
“Tuntutan kami sejak tahun 2008, stabilkan harga kedelai melalui pemerintah bukan dikasihkan ke mekanisme pasar,” ujarnya.




