Bagian XXIII
Galuh Berdarah & Penerus Tahta Sunda
KETIKA Sri Jayanasa melanglangbuana dalam kejayaan menaklukkan hampir seluruh kepulauan Sumatra, ketika itu penguasa kerajaan Melayu Sri Buja adalah kakak dari Kartikeyasinga, suami dari Maharani Sima, ratu Kalingga Jawa Tengah yang menggantikan suaminya pada tahun 674 M.
Ratu Sima terkenal pada jamannya sebagai penguasa wanita yang cerdas dalam mengolah negara, disamping juga cantik jelita.
Sang Ratu begitu terluka ketika menyadari kerajaan Melayu Sri Buja direbut oleh Sang Jayanasa.
Sedangkan Sang Jayanasa pun telah memakluminya bahwa bisa saja kerajaan Kalingga akan membalas dendam kepadanya mengingat Kalingga telah melebarkan sayap kekuasaannya hampir menguasai setengah pulau Jawa.
Untuk itu, dengan segera dan cekatan, Sri Jayanasa menjalin hubungan kekeluargaan dengan Sang Tarusbawa yang sama-sama sebagai menantu dari Sang Raja Linggawarman.
Oleh karena Sang Jayanasa kawin dengan Putri Soba Kancana, adik dari Putri Mansih istri dari Sang Tarusbawa.
Tali persaudaraan Sunda-Sriwijaya itu berlangsung pada tahun 685 M (22 Januari) atau tanggal 14 bagean poek, bulan mega taun 607 Saka yang kemudian diabadikan oleh Tarusbawa pada sebuah prasasti dua bahasa; Sunda-Melayu.
Lalu Sri Jayanasa mengirimkan utusan (duta) ke Kalingga untuk program tali persaudaraan namun pihak Kalingga menolak mentah-mentah hingga terjadi kerenggangan antara Kalingga-Melayu.