Menelusuri Jejak-Jejak Nenek Moyang Orang Sunda

Ilustrasi. (Foto: a kusmawan)

Bagian XXVI

Sri Jayabhupati Raja Vazal Airlangga

DITEMUKANNYA nama tokoh Sri Jayabhupati adalah dari prasasti Cibadak Sukabumi. Terdapat tiga prasasti yang kemudian menjadi koleksi musium pusat Jakarta.

Prasasti Cibadak terhitung misterius sebabnya adalah menggunakan bahasa Jawa Kuno (Kawi) sehingga Prof. Dr. Partini dari Unpad pernah menulis di HU.Pikiran Rakyat bahwa tokoh Sri Jayabhupati adalah seorang raja taklukan Jawa. Statement tersebut menguatkan anggapan De Casparis yang menyebutkan bahwa besar kemungkinan Sri Jayabhupati selaku raja vazal Airlangga.

Tetap saja, Prasasti Cibadak menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Baiklah akan coba kita kaji. Sri Jayabhupati bernama lain Prabu Ditya Maharaja.

Ketika pemerintahan kerajaan Sunda dipegang kakeknya yaitu Prabu Dewa Sanghiyang (1012 M – 1019 M) Sri Jayabhupati pernah menduduki jabatan senapati muda kerajaan Sunda merangkap sebagai panglima angkatan laut kerajaan Sunda. Sri Jayabhupati yang terkenal gagah perkasa itu beristrikan 3 orang:

  1. Dewi Wulansari, putri dari Sri Dharmawangsa Teguh, adik dari Dewi Laksmi yang diperistri oleh Airlangga.
  2. Dewi Suddhiswari. Putri dari kerajaan Sriwijaya, Sumatra.
  3. Bhatari presthiwi, putri dari kerajaan Galuh.
    Dengan demikian, pertalian kerajaan Sunda dan Jawa Timur, kerajaan Sunda fan kerajaan Sriwijaya, kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh telah terjalin erat. Bahkan adik perempuan Sri Jayabhupati, masing-masing telah diperistri oleh mentri dari Pulau Bali dan kerajaan Jawa Timur.
Baca Juga:  Menelusuri Jejak Nenek Moyang Orang Sunda

Sri Jayabhupati bergelar Sri Jayabhupati Jaya Manahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabhuwanamandaleswaranindita Harogowardhanawiukrametunggadewa (mungkin inilah gelar terpanjang bagi seorabg penguasa) tertulis di lembar prasasti Cibadak yang nampak jelas sisi kejawaannya.

Tak lain adalah hadiah dari sang mertua, Sri Dharmawangsa Teguh. Gelar yang sama dan panjang pernah juga disematkan kepada Prabu Airlangga. Jaya Manahen adalah gelar keperkasaan, karena Sri Jayabhupati begitu mahir dan selalu berjaya dalam berperang terutama dalam aksi-aksi menumpas para bajak laut.

Kerajaan Jawa Timur kala itu tengah berseteru dengan kerajaan Sriwijaya di bawah pimpinan Prabu Marawijayatunggawarman (1008 – 1016 M) yang menggunakan sekutunya (Raja Wurawari) untuk membinasakan Sri Dharma Wangsa Teguh, pada tahun 1016 M. Ketika itu Sri Jaya Bhupati tengah memegang tampuk kepanglimaan angkatan perang kerajaan Sunda di bawah kekuasaan kakeknya, Prabu Maharaja Dewa Sanghiyang (1012 M – 1019 M).

Baca Juga:  Menelusuri Jejak Nenek Moyang Orang Sunda

Prabu Maharaja Dewa Sanghiyang mendengar kabar bahwa Raja Wurawari akan menggempur Sri Dharmawangsa Teguh dan Raja Sunda ini dipinta untuk tidak ikut campur oleh pihak Sriwijaya.

Hal ini membuat Sri Jayabhupati merasa serbasalah. Pihak penyerang dan yang diserang keduanya adalah mertua beliau. Posisi Sri Jayabhupati ini memang tidak terdeteksi oleh para pakar sejarah Belanda juga oleh para sejarawan kita.

Sri Jayabhupati yang kemudian membuat prasasti Cibadak berisi pelestarian alam tsb diduga oleh para pakar sejarah:

  1. Yang mengalahkan musuh dari Jawa Timur
  2. Yang menjadi vazal kerajaan dari Jawa Timur.
  3. Yang menjadi onderkoning jawa(jajahan Jawa)
  4. Yang sepenuhnya meniru aspek-aspek kerajaan Jawa.
    Memang penelitian ilmiah sejarah juga terdapat subyektivitasnya. Karena sejarah yang berdasar teoretis data aktual ilmiah, pendalamannya seringkali terbelenggu oleh azas praduga tak bersalah. Kita melanjut ke sumber lainnya berkenaan dengan tokoh Sri Jayabhupati.
    Dari permaisuri Dewi Wulandari, Prabu Sri Jayabhupati berputrakan beberapa orang:
  5. Prabu Darmaraja, memegang tampuk kekuasaan Sunda-Galuh, pengganti ayahnya.
  6. Panglima Suryanagara, panglima angkatan perang kerajaan Sunda – Galuh.
  7. Dewi Nirmala, diperistri oleh pembesar kerajaan Bali.
  8. Dewi Sugara, diperistri oleh para pembesar kerajaan Jawa Timur.
Baca Juga:  Menelusuri Jejak Nenek Moyang Orang Sunda, Indraprahasta Sponsor Sang Purbasora

Sedangkan dari permaisuri Sudhiswari, berputrakan dua antaranya:

  1. Sang Wirakusuma, menjabat mentri Maritim di sepanjang pesisir kerajaan Sunda.
  2. Sang Wirakmajaya, sebagai panglima angkatan laut.
    Dan dari Permaisuri Bhatari Prethiwi berputrakan 4 orang:
  3. Batara Hiyang Purnawijaya, resiguru wilayah Garut.
  4. Dewi Purnawangi.
  5. Dewi Surabhi.
  6. Sang Surendra, salahsatu pembesar kerajaan Galuh.
    Prabu Ditya Sri Jayabhupati meninggal dunia dalan situasi damai sentausa sekitar tahun 1024 Masehi.*** Bersambung