Suatu hari, Prabu Siliwangi memanggil putra mahkotanya, Banyak Cotro dan Banyak Blabur untuk menghadap, maksudnya, Prabu Siliwangi akan mengangkat putranya untuk menggantikan menjadi raja di Pajajaran karena beliau sudah lajut usia.
Namun dari kedua Putra Mahkotanya belum ada yang mau diangkat menjadi raja di Pajajaran. Sebagai putra sulungnya Banyak Cokro mengajukan beberapa alasan, antara lain alasannya adalah untuk memerintahkan kerajaan dia belum siap, karena belum cukup ilmu. Dan untuk memerintahkan kerajaan, seorang raja harus ada permaisuri yang mendampinginya, sedangkan Banyak Cotro belum nikah.
Banyak Cotro mengatakan, dia baru mau nikah kalau sudah bertemu dengan seorang putri yang parasnya mirip dengan ibunya. Oleh sebab itu Banyak Cotro minta ijin pergi dari Kerajaan Pajajaran untuk mencari putri yang menjadi idamannya.
Kepergian Banyak Cotro dari Kerajaan Pajajaran melalui Gunung Tangkuban Perahu, untuk menghadap seorang pendeta yang bertempat disana. Pendeta itu ialah Ki Ajar Winarong, seorang pendeta sakti, dan tahu untuk mempersunting putri yang diidam-idamkannya dapat tercapai.
Namun ada beberapa syarat yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh Banyak Cotro, yaitu harus melepas dan menaggalkan semua pakaian kebesaran dari kerajaan dengan hanya memakai pakaian rakyat biasa. Dan ia harus menyamar dengan nama samaran “Raden Kamandaka”.
Setelah Raden Kamandaka berjalan berhari-hari dari Tangkuban Perahu kearah timur, sampailah Raden Kamandaka ke wilayah Kadipaten Pasir Luhur.