Fakta-fakta “Sang Pemula”
1. Perintis Persuratkabaran Indonesia
Tirto adalah perintis persuratkabaran dan kewartawanan Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Mendirikan tiga surat kabar yaitu Soenda Berita (1903), Medan Prijaji (1907), dan Poetri Hindia (1908).
Salah satu surat kabar terbitan Tirto yaitu Medan Prijaji merupakan surat kabar nasional pertama yang menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia).
Terbit di Bandung dan seluruh pekerjanya merupakan pribumi asli. Medan Prijaji adalah pengawal pribumi membentuk identitasnya.
Pandangan-pandangannya tanpa campur tangan orang luar. Surat kabar tersebut bergerak merupakan perusahaan milik pribumi sendiri.
2. Bapak Pers Nasional
Pada tahun 1973, di kukuhkan sebagai Bapak Pers Nasional oleh Dewan Pers RI.
Pengukuhan itu wajar dan tepat, sebab kontribusi dan perjuangannya dalam dunia pers dan kewartawanan sangat luar biasa.
Tirto merupakan orang pertama yang berani mengkritik pemerintah kolonial Belanda dengan tulisan yang pedas.
Dia manusia yang menganggap pers sebagai media yang bertugas untuk memajukan dan memahami hak-hak rakyat. Meskipun keturunan bangsawan yang hidupnya enak, dia tetap memperjuangkan hak-hak rakyat.
3. Pendiri Serikat Prijaji
Pada tahun 1906, Tirto mendirikan organisasi pribumi pertama yang bernama Serikat Priyayi.
Organisasi pertama yang ada di Indonesia sebenarnya bukan Boedi Oetomo (20 Mei1908). Sebelum itu, Tirto sudah membangun Serikat Priyayi, sebagai wadah untuk memajukan bangsa.
Organisasi ini beranggotakan 700 orang dari berbagai wilayah di Hindia Belanda. Tetapi sayang tidak bertahan lama.
4. Pendiri Serikat Dagang Islam
Pada 5 April 1909, Tirto Adhi Soerjo mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI) di Bogor.
Tujuannya untuk menyebarkan gagasan dan memajukan perdagangan rakyat pribumi.
Organisasi ini dirasa mampu merangkul semua golongan di Hindia Belanda.
Orang lebih sering mendengar nama H. Samanhoedi, daripada Tirto dalam membangun Serikat Dagang Islam.
Serikat Dagang Islam di Bogor padahal lebih dulu dari pada di Surakarta.
5. Pernah Kuliah di STOVIA
Tirto pernah sekolah di STOVIA (School tot Opleiding vab Indische Artsen) selama 6 tahun. STOVIA merupakan sekolah pendidikan dokter pada zaman Hindia Belanda.
Tirto yang memiliki keturunan bangsawan lebih memilih sekolah pendidikan dokter daripada harus bergelut di dunia pemerintahan.
Tetapi belum sempat lulus sebagai dokter, Tirto di keluarkan. Hanya karena memberi resep obat yang bukan kewenangannya kepada sahabatnya yang kurang mampu. *tr.