Mengenal Sejarah Carok Madura

madura
Ilustrasi Carok. / ft.ist

Sejarah Carok Madura

Mengenal Sejarah Carok Madura, Tradisi yang Sering Timbulkan Korban Jiwa.
Semua pelaku carok yang berhasil membunuh musuhnya menunjukkan perasaan lega, puas, dan bangga.

Meski demikian, aparat seperti polisi, jaksa, dan hakim menganggap carok termasuk dalam kategori perbuatan kriminal dan pelakunya dapat diberi hukuman sesuai ketentuan yang berlaku.

Asal-usul Tradisi Carok.
Dilansir laman situs Kemdikbud, pelaku carok menggunakan celurit sebagai senjata perlawanannya. Celurit atau clurit bukan sekadar senjata tradisional khas dari Madura, namun tak dapat dipisahkan dari budaya dan tradisi masyarakat Madura.

Baca Juga:  Capaian Vaksinasi di NTB Kurang Optimal, Kendala Utama Kurang Vaksinator

Celurit dianggap sebagai simbol kejantanan laki-laki.

Menurut Budayawan

Menurut Budayawan D. Zawawi Imron, senjata celurit memiliki filosofi dari bentuknya yang mirip tanda tanya, bisa dimaknai sebagai satu bentuk kepribadian masyarakat Madura yang selalu ingin tahu.

Carok dan celurit bagaikan dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Hal ini muncul di kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Carok merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri (kehormatan).

Pada zaman Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di Madura, tidak mengenal carok. Budaya yang ada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria dengan menggunakan pedang atau keris.

Baca Juga:  Tirto Adhi Soerjo, Bapak Pers Nasional

Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Sakerah, mandor tebu dari Pasuruan. Ia melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda menggunakan celurit yang biasanya hanya digunakan sebagai alat pertanian. Celurit bagi Sakerah merupakan simbol perlawanan rakyat jelata.