Menapaki Jejak Zaman, Nusantara Harus Membayar Mahal untuk Memahami Kembali Nilai-Nilai Luhur Adat Budaya Miliknya Sendiri

nusantara
Permainan atau olah raga tradisional Jamparingan, diperagakan oleh Mang Bony Etem. Jamparingan menjadi sebuah sandaran bagi nilai-nilai luhur tetap hidup. Bagi pihak-pihak yang memahaminya, betapa makna-makna kehidupan itu begitu mengakar dalam realitas permainan atau olah raga tradisional itu. (Foto: potensinetwork.com/istimewa)

Istilah-istilah dalam permainan Jamparingan, bukan sekedar sebutan untuk mempertegas identitas permainan atau olah raga tersebut, namun dalam praktenya, banyak sekali nama-nama dalam permainan Jamparingan berkait erat dengan dasar-dasar nilai luhur para pendahulu.

Upaya menjaga hal ini tetap eksis, saat pada prakteknya permainan Jamparingan dilakukan dalam situasi zaman modern, tetap saja penyebutan istilah-istilah dasar permainan berusaha terus dijaga sesuai pakem-pakemnya.

Sampai kepada soal ini saja, pemain-pemain pemula Jamparingan sering merasa sulit menyebut istilah-istilah dalam permainan Jamparingan.

Baca Juga:  Khutbah Jumah: Sabar dan Syukur

Tidak bisa dipastikan, berapa banyak lagi orang-orang di tatar Jawa Barat mengetahui dengan sempurna seluruh istilah dalam permainan Jamparingan.

Semua berpulang kepada pembelajaran kembali dan meraba-raba sekaligus menelusuri bagaimana sebetulnya realitas Jamparingan itu berdasarkan sumber-sumber pengetahuan yang masih tersisa.

Inilah kemudian, betapa bangsa ini akan membayar mahal sesuatu nilai berarti sebagai warisan para pendahulu.

Dalam konteks ini, bagaimana upaya mengumpulkan “materi” untuk menebus nilai-nilai terdahulu yang pernah kita miliki.

Segala sesuatu yang pernah ada, perlahan punah dan kini kita secara sadar berusaha mengumpulkannya kembali karena alasan nilai-nilai dalam keluhuran budaya terdahulu itu mampu menjadi penuntun terhadap kehidupan masa depan bangsa.

Baca Juga:  Kujang Identik Budaya Sunda
nusantara
Akademisi dan Pemerhati Budaya, Nita Karwita atau Abah Onet dalam sebuah penelusuran jejak sejarah Situs Sanghiang Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan. (Foto: potensinetwork.com/istimewa)