Beterbarannya poster maupun baliho dalam berbagai ukuran yang tak murah dan tak mudah, bahkan tak sedikit amunisi yang harus disiapkan.
Belum lagi “mahar politik” yang harus diperebutkan. Meski begitu, banyak yang menginginkan dan memperjuangkan dengan segala caranya.
Satu tujuan yang ingin mereka raih, yakni simpati masyarakat yang bukan sekedar mendukung, namun juga memilihnya. “pose narsis” mereka perpampang dan terpajang disepanjang jalan maupun gang sempit, bahkan di lingkungan padat pendukung.
Sosialisasi diri para bakal calon dengan janji-janjinya, menjadi sajian masyarakat yang mau tak mau terus didengungkan dan diperjuangkan, upaya bahwa merekalah yang terbaik untuk melakukan sesuatu jika terpilih menjadi kepala daerah terus dilakukan.
Media sosial dan pers juga tak kertinggalan mereka manfaatkan, untuk sosialisasai. Berbagai komentar, menciptakan berbagai informasi yang terus mengalir tanpa henti. Suasana ini terjadi pada sebuah pesta demokrasi dimanapun.
Setiap orang dan masyarakat luas diharapkan turut berpartisipasi dengan caranya. Meski demikian, belum tahu siapa yang akan memenangkan hati nurani rakyat. Satu hal yang pasti yaitu rekomendasi parpol adalah penentunya.
Pilkada adalah pesta demokrasi rakyat yang seyogyanya menjadi pendidikan politik bagi masyarakat untuk lebih cerdas dan bijak dalam menjalani dan menyikapinya.
Selayaknya ini semua harus dijalani dengan semarak dan gembira. Jadikan moment tersebut bukan sebagai ajang krusial yang menakutkan, namun tetap dalam suasana damai jujur dan adil (jurdil) dalam demokrasi.