Hal itu dikarenakan merasa kurang diperhatikan oleh anaknya (Alqamah) yang ketika pulang dari bepergian tidak segera memberinya oleh-oleh buat ibunya itu.
Baginda Rasul manggut-manggut untuk kemudian mengutus para sahabat agar secepatnya menjemput ibunda Alqamah dan memintakan maap serta ampunan buat Alqamah. Konon ceritanya, ibunda Alqamah enggan untuk memberikan ampunanannya meskipun berkali-kali para sahabat mendatanginya.
Para pembaca dan pendengar sekalian!
Dengan berat hati, akhirnya Rasulullah saw memerintahkan para sahabat untuk mengumpulkan kayu bakar kering. Segera saja para sahabat berhamburan menerjemahkan peritah Rasulullah saw.
Kini kayu bakar menggunung di halaman rumah Alqamah. Kemudian Rasulullah saw mengutus kembali para sahabat untuk menjemput sekaligus mohon izin agar nanti ketika Alqamah meninggal dunia, jenazahnya akan dibakar saja daripada nantinya terbakar oleh berpuluh derajat panasnya api neraka.
Mendengar kabar memilukan itu barulah hati ibunda Alqamah luluh dan merasa iba. Bergegas ia mendatangi anaknya (Alqamah) dengan tangis kasih sayang sejatinya seorang ibu, ia pun berkenan memaapkan Alqamah ra.
Dengan begitu, Alqamah pun meninggal dunia dengan hantaran kalimah thayyibah di bibirnya.