Lahir nya Program Petani Milenial yang dijagokan oleh Pemerintah untuk mensolusikan regenerasi petani, kelihatan nya membutuhkan pencermatan yang lebih dalam kagi. Dari sisi kuantitas misal nya, ada berapa sih jumlah nya petani milenial yang memahami betul soal budaya tani di negeri ini ?
Apakah para Petani Milenial memiliki pengalaman bertani sebagaimana lazim nya para petani yang saat ini rela dan ikhlas untuk berpanas-panasan di bawah terik sinar matahari ? Adakah yang bisa menjamin niat Petani Milenial untuk berkiprah menjadi petani itu dikarenakan panggilan jiwa yang tulus dan muncul dari nurani terdalam nya ?
Atauhkah tidak, Petani Milenial ini hanya sekedar mengisi waktu dan batu loncatan untuk memperoleh lapangan pekerjaan yang selama ini mereka idam-idamkan ? Arti nya, kalau diantara mereka itu ada yang ditetima jadi Aparat Sipil Negara atau diterima di perusahaan swasta besar, maka dengan gampang nya mereka akan meninggalkan pekerjaan sebagai Petani Milenial.
Ini sebetul nya yang memprihatinkan kita bersama. Di satu sisi, kita bangga dengan banyak nya kaum muda yang berkiprah menjadi Petani Milenial, namun di sisi lain, kita saksikan juga banyak nya Petani Milenial yang tidak menekuni sepenuh hati akan status nya sebagai Petani Milenial itu sendiri.
Upaya melahirkan generasi baru petani yang menghayati budaya tani, bukanlah hal yang cukup mudah untuk diwujudkan. Disini tentu saja sangat dibutuhkan ada nya pewarisan nilai dari petani masa kini ke petani masa datang. Yang penting jadi percik permenungan bersama adalah apa jadi nya jika para orang tua yang hingga kini berprofesi sebagai petani, melarang anak-anak nya untuk jadi petani ?
Terbayang, bagaimana dengan para orang tua yang sekarang menjadi Pejabat Pemerintah, apakah mereka akan menganjurkan anak-anak nya untuk jadi petani ? Apakah para orang tua yang kini tercatat sebagai konglomerat atau Saudagar Besar akan meminta anak-anak nya untuk jadi petani ? Rasa-rasa nya tidak.
Mereka pasti akan meminta anak-anak nya untul mencari pekerjaan yang bukan petani. Ada beberapa pertimbangan, mengapa profesi petani sekarang seperti yang tidak diminati ? Salah satu argumentasi nya, karena profesi petani padi sendiri identik dengan kemiskinan. Apalagi jika lahan sawah yang digarap nya hanya 0,25 hektar.