Belum lagi upaya dari pemerintah yang belum maksimal mengatasi problema literasi tersebut. Menurut Kang Emha, penerbitan novel MBWP tersebut lebih ke penekanan pelestarian buku bacaan, terkhusus di bidang sastranya karena menurutnya, besok atau lusa akan lebih dirindukan lagi.
Pepatah mengatakan; kebiasaan menyukai hal baru, lambat laun akan kembali mencari sesuatu yang ‘lawas’.
Novel MBWP, memang seolah tengah terseok di dalam guyuran hujan teknologi.
Akan tetapi kini dan besok atau kapanpun telah menjadi bukti bahwa atensi melestarikan tulisan gaya jadul, bahwa eksistensi para penikmat bacaan buku itu masih ada.
Materi dan isi dari novel ini sebenarnya melambangkan kehidupan yang berakhir di keterkecohan.
Padahal sebagian manusia telah dengan sadar mengakui ending hidup mereka, bahwa menanam kebaikan akan berbuah manis dan sebaliknya menanan kejelekan akan berdampak pahit. Hanya saja manusia sendiri yang terlena atau sengaja melupakannya.
Sebagaimana beragam intrik di dalam novel ini. Mengalir hingga ke ending dan tidak dipodisikan mengambang.