PARA pembaca yang budiman!
Iman dan itikad manusia terhadap satu kepercayaan bisa bertambah kokoh seandainya ada kejadian yang membenarkan iman dan itikadnya itu sendiri, begitupun sebaliknya.
Kekuatan iman sesungguhnya terbentuk apabila telah mendarah-daging, memompa jiwa, membelit di hati bukan karena ada suatu kejadian spiritual atau hal-hal yang baru.
Coba kita selidiki contoh ketika Baginda Rasulullah saw pulang dari perjalanan Isra-mi’raj, segala pengalaman beliau saw diceritakannya kepada para shahabat bahkan ke hadapan para petinggi kafirin Quraisy yang seringkali mengganggu serta merintangi risalah islamiyah.
Bagi mereka tentu saja seolah mendapatkan angin segar untuk menghasut kaum muslimin sekaligus merendahkan misi tabligh Rasulullah saw.
Mereka serta merta mengumbar hoax dengan mengatakan bahwa banyak kejadian yang dialami Rasulullah tidak bersesuaian dengan akal dan pikiran juga dengan adat kebiasaan.
Tandasnya mereka berstatement bahwa peristiwa isra-mi’raj adalah menentang hukum.adat bukan menentang hukum akal.
Sesungguhnya akal bisa menerima hal-hal yang bertentangan dengan adat dan kebiasaan, seperti misalnya seorang bayi dilahirkan dengan hanya satu tangan atau satu kaki atau hanya bertelinga satu.