[Khutbah Jumat] Dari manakah terbitnya iman?

Akal sungguh mampu menerimanya bahkan lebih dari itu.

Demikian pula dengan penerimaan serta penyambutan atas peristiwa isra-mi’raj, kaum kafirin begitu bahagia karena mendapatkan pormalu baru untuk menghancurkan keyakinan serta keimanan kaum muslimin kala itu yang memang masih rentan dan berubah-ubah.

Sebagian para shahabat terbengong-bengong sedangkan sebahagian lagi kolaps untuk kemudian memilih murtad dan di antara petinggi shahabat yang dengan tegas menyatakan kebenaran hakiki peristiwa isra-mi’raj adalah Sayidina Abu Bakar ra yang mafhum serta hafal betul kepada kejujuran Baginda Rasulullah saw.

Bahkan beliau ra menegaskan bahwa segala khabar dari Rasulullah saw yang lebih hebat dari itu, akan ia yakini kebenarannya. Keimanan beliau ra semakin tangguh. Demikian itu, Allah swt berfirman di dalam QS. Faathir: 28; innamaayakhsyallahu min’ibaadihil’ulamaa-u, tiada bukan dan tiada lain mereka yang takut kepada Allah di antara para hamba-Nya terkecuali para ulama.

Baca Juga:  PROPORSIONAL ANTARA USAHA DAN TAWAKAL (Khutbah Jum'at)

Para pembaca sekalian!
Di lembar ayat lainnya, Allah swt juga berfirman:…”Katakan wahai nabi! Adakah sama mereka yang tahu (berpengetahuan) dan mereka yang tidak tahu (tidak berpengetahuan)? Sesungguhnya hanyalah orang-orang yang memiliki kejernihan dalam berfikir.”(QS. Az-Zumar: 9).

Riwayat singkat dari shahabat besar Sayidina Abu Bakar ra tersebut memberi tauladan kepada kita bahwa dengan ilmu pengetahuan, iman serta keyakinan kita kepada Islam akan semakin mantap dan teguh.

Kita juga diingatkan oleh contoh peristiwa ashaabulkahfi, para pemuda beriman yang berjuang menjaga keimanan mereka pada saat raja mereka yang zalim berupaya mengeluarkan keimanan mereka dari hati-hati mereka hingga akhirnya mereka mengungsi di suatu guha, innahum fityatun aamanuu birabbihim wazidnaahum hudan: Sesungguhnya mereka itu para pemuda beriman kepada Tuhan mereka serta Kami rambahkan petunjuk kepada mereka. (QS. Al-Kahfi: 13).
Keteguhan iman mereka kepada Allah swt didasari pengetahuan yang menegaskan bahwa beriman kepada Allah itu adalah haq dan kebenaran sejati. Bangsa yang tahu kepada arah tujuan perjuangan yang bisa diharapkan menjadi benteng maha kokoh menghadapi segala ujian dan cobaan baik itu dengan kesenangan atau pun dengan kesengsaraan.
Baarakallahu li walakum.***