Pakan Magot
Sebagai mahluk hidup, magot secara rutin membutuhkan asupan atau konsumsi pakan berupa sisa-sisa organik.
Kebutuhan pakan magot setiap harinya relatif tinggi. Peternak, dalam menghadapi kondisi ini, harus cermat melihat peluang pengadaan pakan magot agar selalu ada.
Bagi ternak magot di Warbon, pengadaan pakan magot selama ini banyak mengandalkan sampah-sampah organik yang berasal dari warga atau tempat-tempat pembuangan sampah terdekat.
Walaupun pakan magot itu hanya berupa sampah organik, tetap saja peternak harus cermat memilah sumber pakan.
Kehati-hatian mencari pakan, terutama saat tahu jika sampah organik berasal dari sisa-sisa organik rumah tangga.
Banyak warga berpartisipasi memilah sampah organik atau unorganik, namun, karena satu dan lain hal, terutama mengenai pemahaman dasar memilah sampah, sering peternak mendapat kiriman sampah organik itu, kondisinya masih tercampur dengan bahan-bahan lain berbahaya bagi magot.
Pakan magot ini, seperti gampang-gampang susah pengadaannya.
Tetapi, sesekali peternak suka kerepotan memenuhi kebutuhan sampah organik. Padahal sampah-sampah itu sepertinya mudah untuk memperolehnya.
“Dengan melihat hal itu, edukasi bagi warga sebagai upaya memberikan pemahaman lebih dalam hal memilah sampah terasa perlu adanya” kata MK. Fawzi.
Pihaknya akan terus melalukan berkoordinasi dengan berbagai pihak di lingkungan sekitar Kelurahan Cipadung Kulon.
“Jika perlu, akan ada pemberian penghargaan atau “award” bagi RW terkait kemampuan RW memilah sampah rumah tangga pada lingkungan terdekatnya” ungkap MK Fawzi.
Hal tersebut, ungkap MK Fawzi, prinsipnya adalah bagaimana ia memberikan motivasi kepada warga agar timbul kesadaran, kepedulian, dan peningkatan kemampuan bagaimana seharusnya mengelola lingkungan.
“Bahwa dengan pemanfaatan sisa-sisa organik itu saja, sudah cukup baik bagi kita menunjukan sikap peduli terhadap perbaikan lingkungan. Apalagi kemudian itu bisa menjadi nilai dan profit langsung bagi warga” pungkas MK. Fawzi. (Aprianto/Nendy S.)