POTENSINETWORK.COM – Elektabilitas partai besutan Megawati Sukarno Putri, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), diprediksi merosot pasca ditinggalkan Jokowi. Hal ini mengundang perhatian pangamat politik jelang pilpresc 2024.
Elektabilitas PDIP menurun secara perlahan usai ditinggalkan Jokowi menjelang Pilpres 2024. Kerenggangan PDIP dengan Jokowi juga diperkuat dengan tak hadirnya kader terbaiknya di HUT partai berlambang banteng tersebut.
Jokowi Effect
Lantas seberapa besar pengaruh Jokowi terhadap elektabilitas PDIP?
Melalui tayangan YT Metro TV, 10 Januarin 2024 pada acara Selamat Pagi Indonesia, dengan host Evan dann Jesen, menghadirkan Pengamat Komunikasi Politik Universitas Brawijaya, Anang Sujoko dan Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, untuk membahasnya.
Dikatakan Anang Sujoko, terkait ketidak hadiran Jokowi saat HUT PDIP yang baru lalu, menurutnya, kalau diamati dari kacamata ketimuran, ada istilah menghormati, ewuh pekewuh, dan juga ada rasa sungkan secara terbuka kalau itu disampaikan ke publik.
Kamuflase dan adat ketimuran
“Kalau melihat alasan Jokowi tak ada undangan, itu adalah sebuah kamuflase, dibalik itu semua ada nilai-nilai ketidak cocoka, atau secara ekstrim ada sebuah ketidak cocoka yang sangat tajam. Dan itu terjadi di saat ulang tahun PDIP. Tanpa sosok yang berpengaruh dalam partai itu”, ujarnya.
Sehingga ini menjadi alasan yang di legimitit untuk tidak datang, tuturnya.
Disisi lain saat itu ada tugas kenegaraan jokowi ke Pilipina, sebagaimana yang disampaikan Sekjen PDIP, Hasto Kristianto. Terkait hal itu, Anang mengatakan ada sebuah ketimuran atau sungkan, sehingga bahasa halusnya muncul.
Sebagiaman yang disampaikan Hasto, menurut Anang, kalau masih ada hubungan yang sangat erat dan harmonis antara PDIP dan Jokowi, Jokowi akan memiliki prioritas yang menjadi satu kesatuan. Sementara kondisi saat ini PDIP bukan lagi menjadi satu kesatuan dalam perjuangan (Jokowi).
Hal itu bisa dilihat mulai dari hal yang sangat terbuka, misalkan masalah isu 3 periode, dan isu penolakan kedatangan kesebelasan Israel.
Ada agenda kompetitif
Bahkan ada agenda saat ini antara Jokowi dan PDIP yang cenderung berkompetisi, yang tidak mungkin disatukan dalam hal yang seremonial saat ini.
Lebih lanjut Anang mengatakan, sebetulnya dalam hal tertentu yang tersembunyi PDIP masih mengharapkan Jokowi, begitupun sebaliknya. Tetapi dalam saat ini belum dimunculkan.
Hasil pilpres 2024, menurut Anang akan menentukan hubungan selanjutnya, apakah akan talak tiga atau kembali semula, ujarnya. “Itu hanya bahasa halusnya saja”, tegasnya.
Kalau ada langkah pemecatan, maka isu ini akan menjadi bumerang bagi PDIP. Itu akan semakin meningkatkan loyalitas pendukung Jokowi, bahkan pemilih dari partai ini akan bersimpati.