Agama  

Bulan Rajab : Lakukan 5 Hal untuk Memaksimalkan Ibadah

Prof. Dr. H. Ahmad Rusdiana, Drs., MM. (Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Foto: Istimewa)

Oleh : A,Rusdiana Pembina Yayasan Al-Misbah Bandung/ Guru Besar Manajemen Pendidikan

POTENSINETWORK.COM – Umat muslim saat ini sedang berada di salah satu bulan istimewa, yakni bulan Rajab 1445 H/2024. Begitu istimewanya bulan ini hingga Allah SWT memberikan ganjaran berupa pahala yang berlipat bagi mereka yang mengerjakan amalan baik. Begitu istimewanya bulan Rajab ini hingga umat muslim yang taat akan merasa sayang untuk menyia-nyiakan keutamaan bulan Rajab ini. Seperti dalam surat At-Taubah ayat 36;

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Maknanya: “Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram” (Q.S. at-Taubah [9]: 36).

Ayat di atas, menegaskan bawa dalam 12 bulan yang telah ditetapkan dalam kitabnya, Allah memberikan keistimewaan pada 4 bulan sebagai bulan yang diagungkan. Bulan haram yakni bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Di bulan-bulan haram ini, muslim dianjurkan untuk melakukan berbagai amalan dan melarang peperangan maupun perbuatan haram lainnya.

Baca Juga:  Ratusan Warga Hadiri Acara Tablig Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW di Kecamatan Leuwigoong

Manusia adalah makhluk Allah yang dimuliakan dan dalam bentuk yang paling sempurna dibandingkan makhluk Allah yang lainnya. Namun di sisi lain, Allah memberikan tugas kepada manusia dalam menjalankan hidup di dunia untuk selalu beribadah kepada-Nya. Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Allah tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah.” (Q,S. Ad-Dzariyat [51]: 56).

Ayat di atas berlaku untuk setiap waktu selama manusia masih bisa menghirup udara bebas yang sehat serta normal. Selain itu, manusia juga berharap menjadi orang yang paling baik dan mulia di sisi manusia, apalagi di sisi Allah swt. Karenanya manusia banyak yang berusaha menjadi hamba yang terbaik dengan melakukan ibadah sebagai bentuk takwa agar benar-benar mendapatkan pengakuan Allah sebagai orang yang paling baik takwa atau ketundukannya kepada Allah. Allah berfirman:

Baca Juga:  Kang DS bersama Yayasan Beri Santunan Kepada 200 Anak Yatim Piatu

… اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

’’…. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.’’ (QS Al-Hujurot: 13).

Ada hal menarik tentang bulan Rajab ini, yakni ia disebut sebagai bulan menanam. Kenapa disebut demikian? Kata menanam di sini bukannya secara harfiah bercocok tanam, melainkan menanam benih kebaikan. Ini juga berkaitan dengan bulan lainnya yakni Sya’ban dan Ramadhan. Dimana bulan Sya’ban sebagai bulan merawat dan bulan Ramadhan sebagai bulan panen.

Perumpamaan ini disampaikan oleh Abu Bakar Al-Warraq Al Balkhi yang berkata: “Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.” (Lathaiful Maarif halaman 121).

Maka siapa yang ingin merasakan bahagianya panen pahala, hendaknya bersungguh-sungguh menanam dan merawat tanaman kebaikan. Makna yang bisa diambil dari perumpamaan itu ialah, bulan Rajab adalah saat yang tepat bagi mereka yang bersungguh-sungguh ingin meraih kemenangan di bulan Ramadhan. Memulai membiasakan diri untuk melakukan amalan-amalan shalih dan meninggalkan kemaksiatan.

Baca Juga:  Halal Bihalal dan Peresmian Masjid Asy Syifa di RS Jiwa Provinsi Jawa Barat

Dalam lanjutannya Abu Bakar Al-Warraq Al Balkhi melanjutkanperkataannya: “Permisalah Rajab adalah seperti angin dan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan, sedangkan Ramadhan seperti hujan. Barangsiapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban, bagaimana ungkin dia akan memanen hasilnya di bulan Ramadhan?” (Lathaiful Maarif halaman 130).

Bulan-bulan haram adalah waktu yang dihormati oleh masyarakat Arab pra-kenabian yang di dalamnya ada larangan terjadinya pertumpahan darah, baik dalam bentuk peperangan maupun berburu binatang. Bahkan Abu Jahal saja enggan untuk melakukan maksiat pada bulan bulan haram ini.