Menapaki Jejak Zaman, Nusantara Harus Membayar Mahal untuk Memahami Kembali Nilai-Nilai Luhur Adat Budaya Miliknya Sendiri

nusantara
Permainan atau olah raga tradisional Jamparingan, diperagakan oleh Mang Bony Etem. Jamparingan menjadi sebuah sandaran bagi nilai-nilai luhur tetap hidup. Bagi pihak-pihak yang memahaminya, betapa makna-makna kehidupan itu begitu mengakar dalam realitas permainan atau olah raga tradisional itu. (Foto: potensinetwork.com/istimewa)

Bagaimana hal tersebut dapat terealisasi jika mengatur keberadaan dirinya sendiri sebagai bagian dari elemen bangsa besar saja, sulit terwujud.

Hidup generasi bangsa sungguh terasing dari pendekatan nilai-nilai kehidupan hakiki. Modernitas mempertajam jurang pemahaman generasi bangsa dari akar budayanya.

Sebetulnya tidak ada yang salah dengan usaha mengikuti perkembangan. Hanya saja, pijakan dasar terhadap usaha menghadapi realitas kemajuan itu tetap harus jelas.

Oleh sebab itu, adat budaya setempat menjadi pegangan dalam mengarungi kemajuan. Nilai-nilai luhur para pendahulu tersebut sudah memiliki kerangka untuk menjangkau kehidupan mendatang.

Anak cucu bangsa ini sebenarnya sudah dibekali sejumlah konsep, metode, hingga cara bagaimana mengarungi masa-masa mendatang kehidupannya.

Dengan melihat situasi dan kondisi itulah, bagaimana saat ini upaya kita menyambungkan kembali langkah-langkah anak cucu bangsa kepada pemahaman nilai-nilai luhur adat dan budaya.

Masih sangat kuat magnet penarik perhatian anak cucu bangsa kepada kehidupan luhur para pendahulunya. Kesempatan itu menapak bersama jejak kaki-kaki budaya hingga zaman sekarang. (Aprianto/Nendy S.)

nusantara
Pendiri Aliansi Mahasiswa Jawa Barat (Alam Jabar) yang akrab disapa Ipang Mahardika Gajayana, dalam sebuah kebersamaan dengan Karamaan Kawargian Abah Alam (KAA), Rhamanda Adhitiya Alam Syah. (Foto: potensinetwork.com/istimewa)