Membangun Bandung itu, kata Kang Fuad, harus realistis berangkat dari kepemilikan kemampuan diri masing-masing.
Persoalan latar belakang, profesi, dan masa lalu seseorang sebagai apa, semua itu sangat berharga bagi Kang Fuad.
Terlebih apabila dari segala sesuatu hal tersebut, mampu menghadirkan nilai tambah dan manfaat bagi orang banyak.
Seandainya seseorang hidup sebagai tukang ojeg, maka selain ia hidup dengan bekal kemampuan tersebut, kata Kang Fuad, ia pun harus mampu melahirkan nilai lebih bagi masyarakat sekitar seperti dengan cara bagaimana ia mau memberi pertolongan bagi sesama.
Membangun Bandung ini mutlak dengan bergotong-royong. Mencipta sikap dan jiwa “rereongan” saat menghadapi berbagai kendala hidup.
“Dasar melahirkan jiwa-jiwa dan sikap-sikap itu harus muncul dari diri sendiri terlebih dahulu lalu memberi inspirasi kepada pihak lain dan melakukannya secara bersama-sama” ujar Kang Fuad.
Dari cara pandang inilah kemudian Kang Fuad yakin, bahwa Kota Bandung itu bisa bangkit dan lebih maju serta bebas dari segala macam keterpurukannya.
Membangun Bandung dari sisi kesederhanaan namun realistis dan betul-betul berpijak dari realitas kota yang ada.