KOTA BANDUNG, POTENSINETWORK.COM– Langkah-langkah strategis menetapkan tentang koperasi saat ini tidak hanya berfungsi sebagai badan usaha pengadaan bahan saja, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi ke arah industri maju. Wakil Menteri Koperasi, Ferry Juliantono, di Bandung, Sabtu, 23 November 2024, mengatakan hal itu pada sela-sela pertemuan bersama para alumni Universitas Padjadjaran.
Kata Ferry, dengan menginspirasi contoh sukses koperasi global seperti Frisian Flag, Rabo Bank, dan Barcelona FC, koperasi di Indonesia bisa menjadi entitas bisnis besar dan berpengaruh. Koperasi ini berpotensi menjadi solusi bagi berbagai permasalahan sosial, seperti pengangguran dan kesenjangan ekonomi.
Salah satu fokus utama transformasi koperasi, ujar Ferry, mengarah kepada sektor pangan. Dengan mendukung program pemerintah untuk meningkatkan gizi masyarakat, koperasi ini dapat berperan aktif dalam penyediaan bahan baku pangan dan bahan olahan bergizi. Melalui pendekatan “dapur umum” di tingkat lokal, misalnya, koperasi diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka stunting dan meningkatkan ketahanan pangan.
Transformasi koperasi itu tidak dapat berjalan sendiri. Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan pelaku usaha, menjadi kunci keberhasilan. Dukungan dari pemerintah dan asosiasi pengusaha seperti KADIN Kota Bandung semakin memperkuat posisi koperasi dalam ekosistem ekonomi.
Menanggapi hal itu, pegiat koperasi Kota Bandung, Dadan Syarifudin menyebutkan bahwa koperasi memiliki potensi besar untuk menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi. Dengan melibatkan masyarakat secara langsung dalam kegiatan ekonomi, koperasi dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi ketimpangan.
Untuk mencapai cita-cita tersebut, kata Dadan, ia berupaya merumuskan beberapa langkah strategis, antara lain, seperti pemanfaatan teknologi, yaitu pengembangan koperasi digital untuk memperluas jangkauan dan efisiensi. Lalu langkah kemitraan dengan lembaga keuangan, yaitu mendapatkan dukungan pendanaan dari lembaga keuangan koperasi dari pemerintah.
Tidak ketinggalan juga, bahwa langkah koperasi harus fokus pada sektor-sektor strategis. Hal ini berkaitan dengan upaya mengembangkan usaha di sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi, seperti pangan dan energi. Terakhir, tentunya adalah melakukan pelatihan dan pengembangan bagi anggota koperasi.
Transformasi koperasi ini merupakan langkah yang sangat positif dalam upaya membangun ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, koperasi ini berpotensi menjadi contoh sukses bagi koperasi-koperasi lainnya di Indonesia. (Aprianto/Nendy S.)