Komitmen Gubernur dan Masyarakat Adat dalam Merajut Kesejahteraan Jawa Barat Berbasis Kearifan Lokal dan Makna Gemah Ripah Repeh Rapih Kertaraharja

gemah
Diskusi antara Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi, Rama Anom Gugum Gumirat Barna Alam, dan perwakilan Kelompok Masyarakat Adat Cigugur, membahas pelestarian budaya serta komitmen menjaga harmoni dan kesejahteraan Jawa Barat melalui filosofi Gemah Ripah Repeh Rapih Kertaraharja. (Foto: potensinetwork.com/Istimewa)

POTENSINETWORK.COM– Filosofi luhur dalam keseharian masyarakat Jawa Barat masih terus terjaga, mewarnai pusaran kehidupan modern saat ini. Suatu konsep budaya sebagai landasan kehidupan tersebut antara lain yaitu “Gemah Ripah Repeh Rapih Kertaraharja”. Sebuah perbincangan menarik antara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau orang akrab menyapanya Kang Dedi atau Kang Demul denga Rama Anom Gugum Gumirat Barna Alam dari Kelompok Masyarakat Adat Cigugur Kabupaten Kuningan, membahas mendalam konsep tersebut di ruang kerja Kang Dedi belum lama ini.

Uraian pembahasan konsep dalam dialog, mengerucut kepada gagasan makna filosofis dan menekankan hal tersebut secara ideal agar mampu menjadi tujuan utama pembangunan daerah. Para pihak pun berkomitmen untuk menjaga Jawa Barat tetap harmonis dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur warisan budaya Sunda.

Sebuah pahaman mengenai apa makna Gemah Ripah Repeh Rapih Kertaraharja pun terungkap. Secara harfiah, istilah Gemah Ripah Repeh Rapih Kertaraharja mengandung arti tentang nilai-nilai kesejahteraan, ketentraman, dan keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat. Sejumlah referensi pendukung bisa menjadi jalan dalam memperdalam isi keberadaaannya.

Satu persatu makna dari istilah luhur ini, mulai dari makna Gemah Ripah. Istilah Gemah Ripah, menggambarkan tanah subur, sumber daya alam melimpah, dan kehidupan ekonomi yang makmur. Sementara, istilah Repeh Rapih, melambangkan harmoni sosial, di mana masyarakat hidup berdampingan dengan damai dan tertata. Lalu, tentang makna Kertaraharja, menunjukkan kondisi masyarakat sejahtera, bahagia, dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Dalam konteks pembangunan Jawa Barat, filosofi ini menjadi pilar utama untuk mewujudkan kesejahteraan berkelanjutan. Masyarakat adat Cigugur melihat bahwa warisan leluhur ini bukan sekadar ungkapan, melainkan pedoman nyata dalam membangun daerah lebih baik.

Sejumlah pihak mengenal bahwa Jawa Barat identik dengan kekayaan alamnya. Menanamkan makna filosofis Gemah Ripah, menjadi penting dalam proses menggali potensi Jawa Barat dari sisi keberadaan sumber daya alamnya itu.

Sebut saja, bagaimana Jawa Barat kaya dengan hamparan sawah, bentangan hutan tropis hingga perkebunan luas di berbagai daerahnya. Provinsi ini memiliki segala yang dibutuhkan untuk mewujudkan Gemah Ripah. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana memanfaatkan kekayaan tersebut secara berkelanjutan.

Menurut catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, bahwa sektor pertanian dan agribisnis tetap menjadi penyumbang utama perekonomian daerah. Pemerintah dan sejumlah pihak terkait, terus menggenjot program ketahanan pangan dan pertanian organik agar sumber daya melimpah Jawa Barat dapat terus terjaga bagi cadangan kehidupan generasi mendatang.

Kang Dedi Mulyadi menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara eksploitasi dan konservasi. Para pemangku kebijakan dan masyarakat adat bersepakat bahwa komitmen bersama dalam menjaga sumber daya alam sangat penting agar kesejahteraan dapat terus terwariskan kepada generasi berikutnya.

Penggalian makna berikutnya dalam sorotan diskusi antara Kang Dedi dan Gugum Gumirat adalah tentang Repeh Rapih. Makna dari Repeh Rapih yaitu menggambarkan tentang harmoni sosial dalam Masyarakat Sunda. Secara realitas, Repeh Rapih berarti pula bahwa masyarakat hidup dalam keadaan damai, rukun, dan tertata.

Salah satu contoh nyata implementasi konsep ini adalah kearifan lokal tentang musyawarah mufakat. Masyarakat Jawa Barat terus mempraktikan pengertian musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan adat. Sejumlah pihak berkompeten menilai bahwa sistem musyawarah di masyarakat Sunda terbukti efektif dalam menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.

Pemerintah Jawa Barat juga mengadopsi prinsip Repeh Rapih dalam kebijakan tata kelola desa. Dengan mendorong kemandirian desa dan ekonomi berbasis komunitas, keharmonisan sosial dapat terus terjaga.

Hal ini pun sesuai dengan semangat gotong royong yang terus terwariskan sejak dari kehidupan leluhur terdahulu. Para pihak menyadari bahwa menjaga kebersamaan dan keharmonisan sosial adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat adat dan komunitas lokal.

Lebih mendalam lagi, yaitu tentang penggalian makna Kertaraharja, sebuah istilah untuk memahami tentang suatu proses menuju masyarakat sejahtera dan bahagia. Kesejahteraan dalam hal ini bukan hanya tentang kemakmuran ekonomi, tetapi juga kebahagiaan masyarakat secara menyeluruh. Kertaraharja mencerminkan kondisi bahwa setiap individu memiliki akses layak terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.

Gugum Gumirat dalam perbincangan di ruang kerja Kang Dedi itu, menekankan bahwa kesejahteraan harus berbasis pada kemandirian masyarakat adat. Program pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi berbasis tradisi, menjadi salah satu langkah nyata dalam mencapai Kertaraharja.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa desa-desa adat di Jawa Barat yang mempertahankan kearifan lokal memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang mengalami modernisasi tanpa arah jelas. Ini membuktikan bahwa keseimbangan antara tradisi dan inovasi adalah kunci utama menuju masyarakat sejahtera.

Para pihak yang terlibat dalam diskusi ini menyepakati bahwa kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, mereka berkomitmen untuk memperkuat peran budaya dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, baik melalui pendidikan, ekonomi kreatif berbasis tradisi, maupun kebijakan yang berpihak pada pelestarian adat.

Mewujudkan Jawa Barat Gemah Ripah Repeh Rapih Kertaraharja

Pembangunan di Jawa Barat tidak bisa hanya berfokus pada aspek ekonomi semata. Filosofi Gemah Ripah Repeh Rapih Kertaraharja mengajarkan bahwa kesejahteraan sejati harus mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari sumber daya alam hingga harmoni sosial.

Kang Dedi Mulyadi dan Gugum Gumirat sepakat bahwa kearifan lokal harus menjadi landasan utama dalam setiap kebijakan daerah. Dengan memadukan nilai-nilai tradisi dengan strategi pembangunan modern, Jawa Barat dapat menjadi contoh provinsi maju tanpa kehilangan identitas budayanya.

Mengoptimalkan upaya pelestarian lingkungan, peningkatan kualitas hidup masyarakat, serta penguatan harmoni sosial harus menjadi tekad bersama. Demikian pula dengan pentingnya para pihak berkomitmen menjaga warisan budaya Sunda agar tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari. Dengan komitmen bersama, Jawa Barat dapat terus berkembang tanpa meninggalkan akar budayanya.

Jika setiap elemen masyarakat bersatu untuk mencapai tujuan ini, bukan tidak mungkin Jawa Barat akan menjadi wilayah yang benar-benar Gemah Ripah Repeh Rapih Kertaraharja. Tentunya, dalam hal ini kesejahteraan bukan hanya impian, tetapi semua orang dalam kenyataannya dapat merasakan hal tersebut. (Teguh Ari Prianto)