Prabu Dewa Niskala dituding oleh Prabu Dewatmaka (Susuk Tunggal) telah mengotori kitab pegangan purbatisti purbajati Sunda dan harus dijatuhi hukuman berat.
Andai saja Prabu Dewa Niskala ngotot untuk menentang hukum tersebut maka pasukan Prabu Dewatmaka siap menggempurnya.
Akan tetapi Prabu Dewa Niskala mengelak dengan alasan bahwa pihak keraton Pakuan tidak berhak mencampuri urusan intern kerajaan Sunda.
Keadaan Jawa Barat supergenting, konflik adik-kakak para putra mendiang Praburesi Niskala Wastukancana semakin memanas hingga akhirnya memaksa para ‘pinisepuh’ dari kedua kerajaan itu turun tangan dan turun gunung dengan tanpa harus melibatkan kedua raja tersebut.
Pertemuan para pinisepuh dua kerajaan tersebut dikabarkan berada di area netral yaitu di kerajaan Batulayang atau kerajaan Malabar, Kabupaten Bandung, sekarang.
Akhirnya tetcetuslah satu keputusan: Untuk menjaga kelanggengan persaudaraan di antara dua kerajaan Sunda-Galuh di Jawa Barat,
Prabu Dewatmaka dan Prabu Dewa Niskala dipinta untuk meletakan tahta kerajaan masing-masing.