TERLETAK di antara dua wilayah yakni kota Bandung dan Kabupaten Bandung jembatan itu terletak di pinggir wilayah Kelurahan Rancanumpang Kecamatan Gedebage, Kota bandung dan Desa Tegalluar Kecamata Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Jembatan yang kerap disebut jembatan layang/flyover oleh warga tersebut merupakan tapalbatas kota atau dalam bahasa Sunda “tepiswiring” antara kota Bandung dan Kabupaten Bandung.
Setelah tahun proses pembuatannya, rangkaian beton raksasa sepanjang lebih kurang 300 Meter itu rampung.
Tak urung, jembata yang memoting Tol Padaleunyi itu ini menarik perhatian banyak warga kedua daerah tersebut mengunjunginya sekeadar ingin tahu, “berwisata gratis” dan objekserta dijadikan spot foto untuk berselfieria, dan tak sedikit warga yang menjadikannya juga bagian dari tujuan wisata olahraga, selain komplek Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Masjid Apung Al-jabbar’ dan komplek perumahan ellite Summarecon.
Satu hal yang sangat disayangkan, para pengunjung telah abai terhadap makna kebersihan yang dalam istilah frontalnya kehilangan sebahagiaan iman mereka.
Bukankah mereka tahu bahwa kebersihan itu sebagian dari iman.
Ini Hadits, lho!
Mereka dengan “seenak udele” lempar sana lempar sini berbagai sampah bekas minuman dan makanan, jembatan layang itu “merana”.
Mungkin mereka beranggapan bahwa masalah kebersihan di sana sudah merupakan kewajiban petugas untuk mengurusnya.
itu Benar!
Tapi bisakah berkebersihan itu kita mulai dari diri kita sendiri?
Hal lain yang membuat ketidaknyamanan bahkan tidak menutup kemungkinan membuat bulu kuduk bergidik adalah terjadinya pemalakan umum, bahkan begal di siang bilong.
seringkali pengendara motor harus kehilangan motornya, beberapa anak remaja penikmat pun gudget terpaksa kehilangan hapenya.
Adakah petugas dari kepolisian yang rutin berpatroli? Ya ada donk! Tapi para petugas juga mungkin tidak bisa berlama-lama mengawal jembatan tersebut sementara para “badog” setiap menit mengintai.
Alhasil, jangan coba-coba melintasi jembatan tersebut malam hari atau pada siang hari ketika suasana lengang dan sepi.
Sungguh akses jalan adalah upaya pemerintah memberi kenyamanan berlalu-lintas, namun kenyataannya disalahfungsikan menjadi akses efektif strategi curanmoroleh sebagia orang yang tak bertanggung jawab dan tak punya nurani.***