Untuk bulan depan, Bullard menyatakan Federal Funds Rate mesti naik 50 bps. Ini karena inflasi yang sudah menyentuh 7,5% year-on-year (yoy) pada Januari 2022.
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek imbal hasil (yield) obligasi. Kenaikan yield akan menarik aliran modal dari pasar-pasar lainnya, termasuk pasar yang berisiko seperti saham.
Selain itu, kenaikan suku bunga acuan akan ikut menaikkan suku bunga di tingkat perbankan, termasuk kredit. Dengan begitu, biaya ekspansi emiten akan naik dan ini akan menggerus laba.
“Jadi, inflasi adalah kryptonite bagi valuasi emiten. Dampak inflasi tinggi akan meluas ke mana-mana, dan ini yang sedang kita rasakan sekarang,” ujar Terry Sandven, Chief Equity Strategist di US Bank Wealth Management yang berbasis di Minneapolis (AS), seperti dikutip dari Reuters.
“Peluang itu ada. Saat ini, saya merekomendasikan memperbanyak peluang tersebut,” kata Lavrov, seperti diwartakan Reuters.
Komentar Lavrov seakan meredakan ketegangan. Sebelumnya, AS menyebut Rusia bisa kapan saja menginvasi Ukraina. Bahkan laporan intelijen AS menyebut serangan kemungkinan terjadi pada Rabu ini, yang akan memicu Perang Dunia III.
George Ball, CEO Sanders Morris Harris, menyebut ketegangan di Ukraina datang pada saat yang tidak tepat yakni ketika inflasi sedang tinggi dan suku bunga bakal naik. Oleh karena itu, meredanya friksi Ukraina-Rusia akan membawa kelegaan di benak pelaku pasar (dan seluruh dunia).